Minggu, 25 September 2011

Berawal dari sandal yang hilang


Berawal dari sandal yang hilang,
Membuat aku berpikir bahwa sebuah perbuatan yagn tidak baik yang pernah saya lakukan akan dibalas oleh Allah suatu saat kelak, apapun kesalahan saya, berappun besarnya kesalahan itu pasti akan mendapat balasan. Karena seadil-adilnya balasan adalah balasan dari Allah SWT.
Berawal dari sandal yang hilang,
Membuat aku belajar ikhlas (lagi), belajar untuk menerima rasa asam dan pahit kehidupan, belajar untuk selalu berpikit positif kepada Allah, karena Allah selalu memberikan sebuah hikmah dalam sebuah peristiwa. Dengan berpikir positif, saya bisa ikhlas dengan apa yang terjadi, saya bisa bersyukur kepada-Nya karena hanya sebuah sandal saja yang hilang, dan saya bisa bermuhasabah diri untuk lebih berhati-hati.
Berewal dari sandal yang hilang
Tetap terlihat lembut dan tenang, adalah sebuah hal yang terlaihat sulit di awal, tapi ketika dilakukan akan membuat hati kita lebih tenang dan orang lain yang melihat kita pun juga akan merasakan hal yang sama. Meskipun pada awalnya kita merasa belum bisa menerima kehilangan sesuatu yang kita miliki.

Bertemu dengan saudara yang "hilang"

Saya ingin berbagi tentang sebuah momen dimana saya sudah tidak merasa “sendiri” lagi di sini.
Malam itu tiba-tiba hape saya berbunyi, ternyata ada sebuah pesan dari teman saya. Kata dia “bim, besok malam datang ke SS, kita ada ketemuan sama anak2 dari banyuwangi”. Seketika itu saya merasa seakan ingin bertemu saudara kandung yang telah lama berpisah. Kenapa saya merasa selebay ini? Iya sih ini memang agak lebay, tapi jujur ini perasaan yang saya rasakan. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan, alasan yang pertama waktu awal masuk kuliah dulu, yang diterima di UNS itu hanya saya dan teman saya satu SMA, saya pikir pasti akan ada banyak teman2 dari sekolah lain di Banyuwangi yang akan kuliah di sini. Tapi kenyataannya adalah saya dan teman saya lah yang hanya dari banyuwangi, alias perwakilan dari kota Banyuwangi hanya 2 orang. Kemudian alasan yang kedua adalah selama satu tahun saya kuliah disini, saya belum pernah tahu ada perkumpulan mahasiswa dari Banyuwangi, yang saya tahu hanya beberapa kali saya menemui kendaraan dengan plat nomor P (kode banyuwangi) di kampus tapi hanya lewat begitu saja. Padahal kota-kota besar lain seperti Surabaya, Malang, Jogja dan Jakarta punya kumpulan mahasiswa bannyuwangi, tapi kenapa kok Solo nggak punya? Apa solo tidak terkenal di mata teman2 banyuwangi? Mungkin saja, saya tidak tahu.
Saya kembali bercerita ke pertemuan dengan teman2 sesama lare osing (Suku banyuwangi).
Setelah tiba di SS malam itu, saya dan teman saya awalnya bertemu dengan 2 orang mahasiswa banyuwangi, ketika ngobrol-ngobrol dan kenalan namanya mas rifky dan mas okta. Cerita sedikit tentang mereka, mas rifky ternyata satu fakultas dengan saya Cuma dia dari teknik indurtri sedangkan saya teknik sipil, ya Allah, saya benar2 nggak nyangka ada anak banyuwangi di teknik, ternyata kita begitu dekat dan sama2 belum tahu. Sedangkan mas okta lebih membuat saya terkejut, bukan karena kesamaan-kesamaan seperti mas rifky tadi, tapi ternyata mas okta ini adalah calon presiden BEM UNS tahun 2011 kemarin. Makanya saya sempat merasa jika saya pernah melihat mas okta ini sebelumnya, kalo tahu gitu, saya akan pilih mas okta dari banyuwangi (hehe tapi sayangnya udah telat). Setelah ngobrol lama dengan 2 mas mas ini, akhirnya datang teman2 banyuwangi lain, setelah kenalan-kenalan dan kenalan, namanya ada Dito, Trias, mbak Ria, Okti dan ‘Ayun (;baca Akyun). Tambah lagi cerita-ceritanya dengan mereka. Dimulai dari yang pertama, ada Dito, dia angkatan baru 2011, dan dulu SMAnya di sebelah SMAku dan dia dari Fakultas Pertanian, kemudian yang kedua ada Trias, dia sama dengan Dito, satu angkatan satu SMA tapi beda jurusan, trias dari fakultas teknik (Asiik di Teknik ada 3 lare osing). Yang ketiga dan keempat ada Okti dan A’yun, mereka bukan dari Banyuwangi, tapi mereka dari Jember (tetangga dari Banyuwangi) aku kurang terlalu paham dengan alamat mereka (hhe) tapi sedikit cerita tentang mereka adalah Okti itu dati Fakultas Kedokteran dan ‘Ayun dari fakultas MIPA yang penting sama2 plat P lah (dan tetap menyenangkan dengan mereka). Lalu yang terakhir adalah mbak Ria, dia angkatan 2009 makanya aku panggil ‘mbak’, awalnya dia saya paggil ‘dek’ lho, tapi dia marah terus bilang kalo dia angkatan 2009 (hhe maap mbak, kan ga tau), dia juga kakak kelas si trias dan Dito dulu waktu SMA. Cerita tambahan tentang mbak ria ini. Waktu saya ngobrol2 dengan dia, tanya rumah, tanya SMA dll ternyata dia adalah kakak kelas saya waktu SMP dulu (hha dunia ini benar2 selebar daun kelor) dan yang lebih mengejutkan lagi, dia adalah mantan pacar teman saya. Hmm saya jadi teringat kembali masa SMP dulu yang menyenangkan.
Well, dari pertemuan yang singkat itu kami kemudian sepakat untuk membentuk sebuah organisasi keluarga mahasiswa eks-kerasidenan Besuki di Solo (KMBS). Kenapa kok namanya eks-kerasidenan Besuki, karena kalo Cuma perkumpulan mahasiswa banyuwangi, mahasiswany sedikit sekali, makanya kami mengambil kesamaan plat nomor kendaraan yang sama2 plat P. KMBS ini adalah gabungan mahasiswa di Banyuwangi, Jember, Situbondo dan Bondowoso yang dikutai oleh mas okta. Semoga dengan terbentuknya organisasi dan kepengurusan KMBS ini dapat memberikan manfaat untuk saat ini dan esok hari.
KMBS-bimawirawan

Selasa, 06 September 2011

Mulutmu=harimaumu

bima-wirawan.blogspot.com----Ada yang lebih tajam daripada sebilah pedang, yaitu lidah kita.
Seorang guru muda telah mengajarkan saya tentang arti sebuah perkataan yang sebenarnya. Apa yang kita katakan harus sama dengan apa yang kita lakukan.

Ketika beliau ditanya,”mas, gimana sih caranya mengatur waktu dengan kesibukan-kesibukan kita?”.
“Saya sebenernya tidak mau menjawab pertanyaan ini”, jawab beliau,”karena, saya orangnya nggakteratur manajemen waktunya, dalam prinsip hidup saya ‘Jika kamu ingin saya mengikuti rencana kamu, maka kamu harus mengikuti rencana saya’ nah dari situ saya nggak mau tahu tentang dasar menajemen waktu, saya jadi teringat dan takut dengan ayat ini “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”(QS.61:2-3). Saya itu takut mengucapkan hal yang tidak suka saya lakukan (manajemen waktu). “tapi saya bisa memberikan sebuah arahan untuk bisa mengerti bagaimana manajemen waktu itu, Temui orang-orang penting, maka kamu akan bisa mengetahui seberapa berharganya waktu itu, kenapa harus orang penting? Karena jika kamu tidak menghargai waktu sedikit saja, dia (orang penting) bisa pergi/nggak mau ketemu kamu.
He...he...he...awalnya saya mengira dengan pertanyaan seklasik itu, akan dijawab dengan jawaban yang klasik pula, tapi ternyata tidak, beliau menjawab dengan luar biasa. Buktinya saya bisa mengingat (walaupun tidak semua) perkataan-perkataan beliau dengan detil 4 bulan yang lalu. Saya belajar bahwa lebih baik kita menjawab “tidak tahu”, jika seseorang menanyakan sesuatu kepada kita dan kita tidak mengerti akan hal itu.